BULELENG – Efek domino akibat dari dampak pandemi COVID-19 bermunculan di masyarakat. Tanpa terkecuali dirasakan oleh kelompok masyarakat inklusi Desa Bengkala, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, yang tergabung dalam Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) Bengkala.
Didominasi oleh penyandang kolok atau tuli, kelompok tersebut sangat merasakan dampak pandemi COVID-19. Roda perekonomian yang biasanya didorong dari penjualan produk-produk yang hasilkan seperti tenun, dupa dan inka (piring khas Bali) kini terhambat karena turunnya serapan produk hasil karya mereka.
Ketua Paguyuban Kolok Ketut Kanta menjelaskan, dalam kesehariannya warga di Desa Bengkala membuat batik, menenun bahkan memproduksi jamu. "Jika pada hari biasa produk buatan Warga Bengkala dititip ke toko-toko souvenir atau ke wisatawan yang berkunjung ke desa ini,” ujarnya pada Minggu, 1 November 2020.
Kanta menambahkan, warga Desa bengkala paling kena dampak karena pandemi, apalagi kalau ada turis biasanya memborong produk warga sini. “Sejak pandemi turis ke Bali sangat sedikit, bahkan tak ada kunjungan wisatawan internasional. Otomatis pendapatan warga desa menurun juga,” ungkapnya.
Terlebih lagi yang dirasakan oleh para seniman penari di KEM Bengkala yang harus kehilangan panggung pementasan semenjak pandemi melanda. Warga yang aktif berkesenian, biasanya, kolok melakukan pertunjukan tari dalam berbagai acara di tingkat lokal bahkan nasional. Hal ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke KEM Bengkala.
“Pandemi yang belum dapat dipastikan kapan akan berakhir, memberikan dampak bagi impian mereka untuk tetap eksis melalui bakat seni tari yang dimilikinya,” beber Kanta.
Tidak mempersoalkan keterbatasan fisik yang dimiliki, kelompok Binaan Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina (Persero) Depot Pengisian Pesawat Udara Bandara Ngurah Rai terus berupaya bertahan di tengah pandemi.
Selain terus berupaya menggerakkan penjualan hasil produksi, pelestarian budaya khususnya kesenian tari warga Desa Bengkala juga terus diupayakan. Pertamina melalui Marketing Operation Region (MOR) V Jatimbalinus melaksanakan kegiatan seni Panggung Virtual Abirama Budaya Bengkala, pada hari Minggu, 1 November 2020.
Pada kali pertama, ragam tari yang dipertunjukkan adalah tari khas Kolok Bengkala yaitu Tari Jalak Anguci dan Tari Bebila serta pertunjukan seni tradisional Bali, Sekaa Genjek Bondres Bengkala.
Pentas yang disiarkan langsung di berbagai media sosial, antara lain di akun Instagram, Facebook dan Twitter Pertamina MOR V @pertaminamor5 dan DPPU Ngurah Rai, @dppu_ngurahrai, dimulai pada pukul 16.00-17.00 WITA dan akan disiarkan ulang secara berkala.
Selain menampilkan pentas tari secara online, Panggung Virtual Abirama Bengkala ini juga menggalang donasi dukungan dari audiens yang akan dimanfaatkan untuk masyarakat yang tergabung dalam KEM Bengkala. “Kami menggelar virtual performance seni tari KEM Bengkala agar para seniman desa bisa mendapatkan lagi panggungnya yang hilang sejak pandemi melanda, agar dapat terus berkarya dan melestarikan budaya,” pungkas Operation Head Pertamina DPPU Ngurah Rai Abraham Sapulete pada gelaran tersebut. *MOR V/HM