LIDO, SUKABUMI -- Suasana dingin mengiringi kedatangan peserta Pertamina Ecocamp 2019 di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Senin (28/10). Sore itu, berselimut kabut mereka off road ke area PPKAB yang berada pada ketinggian 800 di atas permukaan laut (dpl).
Salah satu peserta, Falasifah, sangat menikmati awal petualangan bersama 45 peserta Ecocamp lainnya. Setelah dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 6-7 anggota yang berasal dari berbagai profesi, mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang itu diajak menjelajah PPKAB dan mendapatkan penjelasan tentang salah satu zona pemanfaatan yang berada di kawasan TNGGP tersebut.
"Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bedogol yang diperkenalkan kepada masyarakat umum sejak 1998 ini berperan mengedukasi masyarakat tentang hutan hujan tropis, termasuk memberikan penyadaran dan pelibatan masyarakat dalam menjaga kawasan ini sebagai kawasan konservasi. Di sini, teman-teman bisa mengenal berbagai jenis tumbuhan langka dan satwa endemik yang dilindungi, seperti Owa Jawa," ujar Angga, interpreter yang mendampingi Falasifah dan enam anggota satu timnya.
Para peserta diajak ke beberapa titik di area PPKAB agar dapat menikmati hutan hujan tropis dan beberapa fasilitas yang disediakan oleh pengelola PPKAB, seperti jembatan kanopi dan catwalk.
"Di jembatan kanopi dan catwalk, teman-teman bisa menggambil gambar suasana hutan konservasi ini. Jika beruntung, teman-teman juga bisa melihat langsung aktivitas Owa Jawa," imbuhnya.
Angga menjelaskan, Owa Jawa merupakan primata endemik Pulau Jawa yang hampir punah dan saat ini hanya tersisa di Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan jumlah kurang dari 4.000 ekor.
"Karena bentuk Owa Jawa yang menggemaskan, banyak pemburu liar yang memperjualbelikan secara ilegal kepada masyarakat untuk dipelihara. Padahal, Owa Jawa adalah primata yang sulit bereproduksi dan sangat setia pada pasangannya. Jika salah satu anggota keluarganya ada yang tertangkap pemburu liar, biasanya Owa Jawa akan stres dan bisa berakibat meninggal dunia," ungkap Angga.
Selain itu, Owa Jawa juga merupakan spesies unik karena memiliki peran merestorasi hutan secara alami dengan menyebarkan benih dari buah-buahan yang dimakannya dan dikeluarkan melalui kotorannya. "Jadi sekarang banyak tumbuh pohon-pohon buah-buahan yang dapat dikonsumsi Owa Jawa," jelasnya.
Oleh karena itu, PPKAB yang dikelola oleh TNGGP, Yayasan Owa Jawa, dan Conservation International Indonesia (CII) terus mengupayakan pelestarian primata yang sudah masuk dalam kategori endangered species menurut status yang dikeluarkan lembaga International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) sejak tahun 2008.
Melihat komitmen mereka, Pertamina EP sebagai salah satu anak perusahaan Pertamina yang sangat peduli pada pelestarian keanekaragaman hayati di sekitar wilayah operasinya sangat mendukung pelestarian Owa Jawa tersebut. Sejak 2013, Pertamina EP bersama Yayasan Owa Jawa melakukan berbagai program rehabilitasi habituasi Owa Jawa. Di antaranya, penanaman 1.000 pohon pakan, edukasi kepada lebih dari 100 sekolah, media dan masyarakat di sekitar habitat Owa Jawa, serta pemantauan, pelepasliaran, dan menjaga Owa Jawa agar tetap berada di habitat aslinya.
Sejak 2013, Pertamina EP sudah enam kali melepasliarkan 24 Owa Jawa agar mereka mampu hidup selaras dengan habitatnya.*RO/VN