BANDUNG – PT Pertamina (Persero) berhasil mencatatkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai pemrakarsa dan penyelenggara alat bantu bagi penyandang disabilitas terbanyak. MURI mencatat rekor yang diberikan kepada SME & SR Partnership Program Pertamina tersebut berdasarkan upayanya menyalurkan 11.000 alat bantu disabilitas ke sejumlah Provinsi Indonesia.
Damian Awan Rahargo, Deputy Manager MUI, menyampaikan bahwa rekor yang dipecahkan oleh program Pertamina ini merupakan peristiwa superlatif dalam kategori sosial. Sehingga, MURI secara resmi dan layak memberikan piagam penghargaan kepada Pertamina atas dedikasinya.
“Ini adalah pencapaian luar biasa yang dilakukan Pertamina dalam mendedikasikan kepeduliannya terhadap para penyandang disabilitas. Semoga hal ini dapat bermanfaat bagi saudara-saudara kita penyandang difabel,” tutur Awan.
Penyerahan penghargaan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan Bakti Sosial Akbar dan perayaan Hari Disabilitas Internasional 2013. Coordinator SME & SR PP Pertamina Pusat, H Wahyu Suswinto Ak dan Coordinator SME & SR PP Pertamina Region Maluku-Papua, Sangkala Gassing, mendapat kehormatan secara langsung untuk memperoleh penghargaan dari MURI.
Coordinator SME dan SR PP Pertamina, Wahyu Suswinto, mengaku bahagia atas penghargaan yang diberikan MURI. Bahkan menurutnya penghargaan ini sekaligus hadiah ulang tahun bagi Pertamina. “Menurut saya ini adalah kado ulang tahun untuk Pertamina yang ke-56,” ungkapnya usai kegiatan.
Yang terpenting bagi Wahyu, bahwa program yang digulirkan ini bukan bermaksud untuk mengejar penghargaan sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, sebagai bentuk kepedulian Pertamina kepada penyandang difabel untuk menciptakan masyarakat disabilitas agar bisa mandiri, berkarya, mempunyai dedikasi tinggi, dan setara tanpa perbedaan.
“Mudah-mudahan program ini bisa menjadi contoh bagi perusahaan BUMN lainnya, karena yang diberikan Pertamina adalah pemberdayaan yang tepat dan tidak salah sasaran,” jelasnya usai acara Bakti Sosial Akbar dan Penganugerahan Rekor MURI yang digelar di Auditorium PSBN Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Bandung, Selasa (12/11).
Di samping itu, tambah dia, hal tersebut bisa terwujud tak lepas atas kerja sama Himpunan Wanita Penyandang Cacat Indonesia (HWPCI) dan Lembaga Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Indonesia (LPPCI) Yayasan Fajar Sejati. Menurutnya, lembaga yang terlibat memudahkan program Pertamina untuk memberikan bantuan secara signifikan.
Dirjen Kementrian Sosial RI, Direktur RS ODK, Nahar, menyambut dukungannya terhadap program Pertamina dalam mendorong masyarakat difabel. “Tentunya ini merupakan bagian dari upaya kita untuk saling peduli. Agar mereka, masyarakat difabel bisa beraktifitas secara bebas tanpa ada yang menghambatnya,” ujar dia dalam sambutannya.
Melihat permasalahan yang terjadi, Nahar, mengemukakan bahwa menurut data yang diperoleh dari Kemensos pada 2010 lalu, jumlah penyandang disabilitas mencapai hingga 2.1 juta jiwa. Sedangkan pihaknya mengaku tidak bisa memenuhi angka tersebut untuk memberikan bantuan berupa alat bantu. “Melihat kondisi itu, dari Kemensos hanya mampu memberikan bantuan di angka 50.000 saja. Kesimpulannya, itu masih sangat jauh dari yang diharapkan,” ungkapnya.
Maka dari itu dengan adanya kegiatan ini, kata dia, diharapkan mampu menambah target bantuan secara merata. “Dengan dukungan dari berbagai lembaga, kita berharap tidak ada lagi selisih,” pungkas Nahar.
Sebagai BUMN yang peduli akan kebutuhan penyandang disabilitas, PT Pertamina (Persero) melalui program SME dan SR Partnership Program mengulirkan beberapa kebijakan dengan pemberian alat bantu untuk semua penyandang disabilitas seperti tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras dan celebral palsy. (EGHA)