BANDUNG – Abah Oniel tidak pernah menduga, ia dan mayoritas warga di sekitar tempat tinggalnya akan berubah profesi menjadi petani kopi. Sebelumnya, pria bernama asli Deni Sopian Dimyati tersebut bersama warga lainnya biasa mencari rezeki dengan melakukan perburuan satwa liar dan penebangan pohon yang dapat mengganggu konservasi keanekaragaman hayati di kawasan pegunungan Malabar, Bandung.
Sejak 2013, secara perlahan semua berubah. PT Pertamina EP mengembangkan Program Masyarakat Peduli Alam Puntang (MELINTANG) yang merupakan program pemberdayaan masyarakat berbasis konservasi yang dapat dikategorikan dalam pemberdayaan karena memberdayakan hutan dan masyarakat di sekitarnya.
Program MELINTANG difungsikan sebagai wadah bagi masyarakat unntuk meningkatkan kapasitas keilmuan, tempat untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan, dan tempat bagaimana cara masyarakat menjaga kelestarian lingkungan di Gunung Puntang.
Menurut Abah Oniel, masyarakat Desa Campakamulya, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung dirangkul Pertamina EP untuk memaksimalkan budidaya perkebunan kopi yang menjadi warisan turun temurun di Gunung Puntang. Di dataran berketinggian 900 mdpl tersebut, mereka difasilitasi berbagai peralatan untuk mengolah kopi khas Puntang secara organik menjadi kopi bercita rasa tinggi.
"Sejak tiga tahun lalu, kami mendapatkan berbagai peralatan pendukung untuk mengolah kopi organik. Selain itu, kami juga diberikan pelatihan di bawah naungan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Bukit Amanah," ujar Abah Oniel.
Bahkan sejak tahun lalu, mereka mendapatkan pendampingan agar dapat memaksimalkan produksi kopi dengan pelatihan budidaya dan olahan, introduksi pupuk organik, pengemasan, pemasaran dan branding.
Hasilnya, anggota kelompok LMDH Bukit Amanah yang berjumlah 137 KK berhasil mengaktifkan kembali keberadaan Koperasi Bukit Amanah dalam rangka mendukung penampungan dan penjualan kopi organik petani pada tahun 2019. Jenis kopi yang dibudidayakan adalah kopi Arabika yang disesuaikan dengan kondisi lokasi yang berada di atas 900 mdpl.
"Alhamdulillah, saat ini produksi kopi kelompok mencapai 70 ton. Dari total produksi, yang dikelola ke koperasi 5 ton. Kopi tersebut kami branding dengan nama kopi Puntang Wangi. Kami memang membebaskan anggota koperasi untuk menjual kopi secara perorangan juga," ungkap pria berusia 50 tahun tersebut.
Kopi yang dipanen merupakan kopi tipe Arabika Priangan atau masyarakat sering menyebutnya Typica Sunda. Tanaman kopi baru bisa dipanen setelah tahun kedua penanaman pohon pertama kali.
Selain kelompok budidaya kopi organik, Pertamina EP juga memberdayakan kelompok Puntang Herbanik, yaitu ibu-ibu anggota Koperasi LMDH Bukit Amanah yang menjadi pengelola minuman herbal dan organik.
"Alhamdulillah, sekarang warga Cempakamulya sudah tidak ada yang menjadi pemburu satwa liar apalagi menebang kayu di hutan secara ilegal. Kesejahteraan kami meningkat setelah dibina oleh Pertamina EP," pungkasnya.*