JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan konsumsi minyak pada tahun 2030 akan meningkat menjadi 2,27 juta barel setara minyak per hari (Barrel Oil Equivalent Per Day/BOEPD).
Pada 2050, jumlahnya diperkirakan terus meningkat hingga 3,97 juta BOEPD. Untuk mengejar pemenuhan kebutuhan tersebut, pemerintah telah melakukan peningkatan produksi migas nasional dengan target 1 juta BOEPD.
SKK migas menyebutkan, saat ini mayoritas eksplorasi migas masih dilakukan di Indonesia bagian barat. Sementara, Indonesia memiliki sekitar 68 cekungan yang belum dieksplorasi dari total 128 cekungan yang ada. Sebagian besar, terletak di Indonesia bagian timur. Namun, karakteristik cekungan yang unik, membuat tantangan eksplorasi migas semakin sulit.
Tim mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina memberikan solusi eksplorasi migas di Indonesia bagian timur melalui drilling program yang aman dan efisien. “Daerah eksplorasi yang kami pilih adalah Selat Makassar. Wilayahnya cukup menantang karena cekungannya dalam dan eksplorasinya terbilang sulit. Kami melakukan analisa komprehensif dari segi engineering practice yang mencakup well trajectory, casing design, bit and rig selection, completion design, hingga production strategy,” ungkap Andi Magfirah salah satu anggota tim.
Solusi yang ditawarkan oleh Andi Magfirah, Larasati Dina Putri, Stanly Hokky, Ester Anggreni Simanjutak, dan Daniel Van Vriezer tersebut memenangkan juara pertama di ajang Smart Drilling Software Workshop and Competition (SDSWC) 2021 besutan Universitas Trisakti dan Halliburton.
“Gagasan yang membuat kami memenangkan perlombaan adalah konsep ‘complete picture in mind’. Dengan menggunakan software yang dimiliki Halliburton yaitu Landmark, kami membuat desain sumur eksplorasi yang cocok dengan karakteristik Selat Makassar yang unik. Kami juga menyusun simulasi proses pengeboran untuk jangka waktu satu tahun. Hasilnya, sumur eksplorasi tetap aman dan tahan untuk proses drilling dan produksi di area yang sulit," tutur Andi.
Inovasi dari tim yang menamai diri mereka Erfolgreich tersebut, mendapat apresiasi dari para dewan juri, dan dianggap sebagai desain sumur eksplorasi terbaik untuk diaplikasikan di Indonesia bagian timur. “Tim sangat optimis bahwa gagasan desain ini berpotensi meningkatkan rasio kesuksesan dalam proses eksplorasi cadangan migas di Indonesia. Sehingga kami berharap, gagasan ini tidak berhenti sampai di ajang perlombaan saja,” pungkas Andi.
Juara ke-2 di ajang bergengsi tersebut, juga turut diboyong oleh tim dari Universitas Pertamina. Tim Wang, yang beranggotakan Izza Nafia Pinem, Monica Gabriella Graciella, Muhammad Ihsanul Amal, Khairunnisa Al Fattah Harahap, dan Arsalan Umar, berfokus pada efisiesi durasi pengeboran sumur eksplorasi.
“Salah satu tantangan eksplorasi migas di Indonesia bagian timur adalah daerah eksplorasinya yang rata-rata berada di area lepas pantai atau offshore. Hal ini menyebabkan biaya yang dibutukan jauh lebih besar. Sehingga, tim mengajukan model eksplorasi dengan durasi pengeboran secepat mungkin, namun tetap seaman mungkin,” ujar Arsalan Umar.
Diakui kedua tim, kehadiran mata kuliah di Program Studi Teknik Perminyakan seperti Drilling Engineering, Well Control, dan Offshore, sangat membantu mereka dalam menyusun desain eksplorasi lapangan migas. Selain itu, mata kuliah umum seperti Critical Thinking dan Creative Problem Solving, juga membantu tim dalam pencarian alternatif solusi terbaik dengan studi kasus yang diberikan dalam perlombaan. *UP/IN