JAKARTA – Pada penutupan Bulan K3 2019, PT Pertamina (Persero) meluncurkan digitalisasi HSSE. Peluncuran tersebut dilakukan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta (19/02/2019).
Sebagai bentuk komitmen pengimplementasian tema Bulan K3 tahun ini, yaitu Wujudkan HSSE Beyond Culture untuk Business Sustainability, Pertamina berupaya melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan proses bisnisnya. Termasuk memanfaatkan big data yang diperoleh dari digitalisasi HSSE.
Senior Vice President HSSE Korporat Pertamina Lelin Eprianto menegaskan, saat ini fungsi Corporate HSSE dan Corporate ICT bersinergi dengan Anak Perusahaan Pertamina melalui Breakthrough Project (BTP) Digitalisasi HSSE untuk mengembangkan sebuah platform berbasis data.
"Arsitektur data platform tersebut berisi Sistem Informasi Geospasial (SIG) dan Big Data Management yang mulai diuji coba sejak akhir tahun 2018 dengan tujuan menjadi Decission Support System (DSS) bagi manajemen Pertamina," jelasnya.
Menurut Lelin, platform digital HSSE memiliki fitur-fitur yang terintegrasi seperti geospasial information yang menyajikan informasi spasial yang dimiliki oleh Pertamina. Kemudian video conference yang standby 24 jam untuk melakukan komunikasi langsung dengan personil di unit operasi/anak perusahaan yang dapat digunakan untuk konfirmasi informasi maupun tanggap darurat.
"Selain itu, terdapat juga Access Control System (ACS), Data Crawling untuk analisis lanjut terhadap sebuah insiden, dan sscial Hub yang berfungsi sebagai digital property untuk mengumpulkan konten tentang safety Pertamina yang disampaikan kepada pekerja Pertamina," imbuhnya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Wisyawati sangat mengapresiasi transformasi digitalisasi HSSE sebagai upaya menjaga keberlangsungan bisnis perusahaan ke depannya.
"Penggunaan big data yang dapat dimanfaatkan untuk memunculkan inovasi menjadi solusi dalam penetapan HSSE lebih efektif. Dampak penggunaan big data analytics tersebut bisa menghasilkan efisiensi biaya maupun mengubah budaya karyawan," imbuhnya.
Nicke memaparkan, dalam era Industri 4.0 tercipta smart factory. "Di dalam smart factory tersebut, terdapat monitoring secara langsung terhadap aktivitas operasional. Data-data hasil monitoring tersebut dikumpulkan dan dianalisis sehingga dapat menjadi sumber informasi awal untuk membantu dalam pengambilan keputusan saat terjadi peristiwa/insiden tertentu yang membutuhkan keputusan/kebijakan (decision support system). Inilah yang akan dilakukan Pertamina demi efektivitas operasional," pungkasnya.*IN/ft. PW