PRAPAT -- Menyaksikan gajah berinteraksi dengan manusia bukanlah pengalaman pertama bagi Marischka Prudence dan Trinity Traveller, dua travel blogger ternama di Indonesia. Namun, di Aek Nauli Elephant Conservation Camp, Kabupaten Prapat, Sumatera Utara, mereka mendapatkan pengalaman berbeda berada di dekat empat gajah yang bersahabat dengan manusia.
“Menyenangkan sekali melihat gajah-gajah tersebut bersama pawangnya. Saya baru dengar sekarang ada gajah yang dipanggil dengan sebutan ‘sayang’ oleh pawangnya. Terlihat ada ikatan batin di antara mereka,” ujar Marischka Prudence yang mendapatkan kalungan bunga dari Luis Figo, salah satu gajah yang menyambutnya.
Menurutnya, Aek Nauli Elephant Conservation Camp memang memberikan pengalaman yang berbeda dibandingkan dengan kebun binatang atau tempat wisata lainnya.
“Di sini, kami belajar banyak tentang Gajah Sumatera. Tentang habitatnya, anatomi tubuhnya, dan lain-lain. Jadi lebih banyak edukasinya,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan Trinity Traveller. “Konservasi dengan konsep edutainment ini memang bagus. Saya jadi bisa menjelaskan perbedaan antara Gajah Asia atau Sumatera dan Gajah Afrika. Di sini gajah-gajah tersebut memang dipelihara untuk dapat berinteraksi dengan manusia. Seperti salaman sembari cium tangan, duduk, berguling, berhitung, dan lain-lain. Mereka dilatih sesuai dengan local wisdom di sini,” tukasnya.
Namun demikian, ia mengingatkan gajah-gajah tersebut tidak dieksploitasi untuk kepentingan komersil. “Biarkan mereka hidup di habitatnya sehingga bisa berkembang biak dengan baik,” sarannya.
“Sepengetahuan saya, dana untuk melakukan konservasi hewan langka tidak sedikit. Pemeliharaannya sangat rumit. Semoga Pertamina tetap komit dengan kepeduliannya,” tukas wanita yang sudah beberapa kali mengunjungi area konservasi hewan langka di dalam maupun luar negeri.•