JAKARTA - Pandemi COVID-19 berdampak signifikan terhadap seluruh sektor, terutama penurunan perekonomian dalam negeri. Oleh karena itu, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebagai bagian dari Holding Migas Pertamina dan perannya sebagai sub-holding gas, berkomitmen untuk andil dalam pemulihan perekonomian nasional.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Komersial PGN Faris Aziz dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh Majelis Nasional KAHMI yang membahas tentang peran BUMN sektor energi dan pertambangan dalam pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi COVID-19, pada Selasa, 28 Juli 2020.
Tidak dapat dipungkiri, COVID-19 mempengaruhi supply chain gas bumi domestik. PGN dan sebagian besar industri pengguna gas terdampak signifikan, baik secara kinerja dan finansial perusahaan.
Meski sempat mengalami penurunan demand, Faris mengungkapkan bahwa supply gas untuk sektor-sektor industri pada bulan Juni 2020 sudah mulai meningkat.
“Sudah ada tren yang semakin baik seiring upaya pemerintah memulihkan ekonomi nasional melalui Program Ekonomi Nasional (PEN). Hal itu memberikan rasa optimisme bagi kami. Rata-rata Januari - Juni 2020, supply gas bumi ke PGN sebesar 735 BBTUD,” ungkap Faris.
Selanjutnya, Faris menjelaskan program-program yang dilaksanakan PGN untuk memberikan andil dan dukungan pemulihan ekonomi nasional.
Pertama, implementasi Kepmen ESDM 13/2020 yaitu regasifikasi dan konversi PLTMD milik PLN di 52 lokasi dalam beberapa tahun ke depan. Tugas PGN secara khusus adalah mempercepat pelaksanaan melalui Quick Win di 3 lokasi utama yaitu PLTMD Nias, Tanjung Selor dan Sorong.
“PGN dan PLN harus bisa mengakselerasi proyek itu, sehingga bisa didapatkan sumber energi yang bisa dinikmati di wilayah-wilayah tersebut dengan harga yang bersaing. Ke depan, akan lebih banyak lagi pembangunan apabila Kepmen ESDM ini dapat terwujud, khususnya di wilayah Indonesia Tengah, Tenggara, dan Timur,” ujar Faris.
Kedua, PGN berupaya untuk memasok lebih banyak gas sebagai energi untuk pembangkit yang ada di refinery Pertamina melalui gasifikasi Kilang Pertamina, agar lebih efisien mengelola kegiatan bisnisnya.
“Ada 2 proyek utama yaitu tambahan pasokan di Kilang Refinery Unit VI Balongan dan Refinery Unit IV Cilacap. Seiring adanya Refinery Development Master Plan kilang Balikpapan, kami sudah melakukan persiapan untuk memastikan ketersediaan tambahan pasokan dari Pertamina Hulu Mahakam maupun Pertamina Hulu Indonesia,” jelas Faris.
Ketiga, pada sisi pembangunan infrastruktur, Faris mengakui, tidak mudah melaksanakannya di era COVID-19 ini. Tapi ada beberapa proyek infrastruktur yang memang sudah berjalan sebelum pandemi, antara lain pembangunan jaringan pipa transmisi Gresik-Semarang.
Selain itu, PGN akan mencoba menyederhanakan pola supply dan melakukan integrasi jaringan pipa dari Sumatera ke Jawa dengan menyambungkan pipa South Sumatera West Java (SSWJ) dengan pipa West Java Area (WJA).
“Kami melihat itu sebagai potensi yang bagus untuk bisa menekan biaya operasi PGN sehingga akan memudahkan pelanggan industri mendapatkan gas dengan harga yang kompetitif,” jelas Faris.
Secara keseluruhan, pengembangan ruas pipa transmisi oleh PGN mencapai 741 km. Faris berharap, proyek tersebut bisa berjalan tepat waktu, sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas, termasuk industri-industri yang ada.
Keempat, program strategis jaringan rumah tangga (Jargas) yang akan dilaksanakan oleh PGN melalui program mandiri maupun APBN. “Pemerintah menargetkan sekitar 4 juta sambungan gas rumah tangga dalam beberapa tahun ke depan. Tujuannya, agar rumah tangga dan pengusaha kecil bisa mendapatkan energi yang murah, yang juga bisa menekan subsidi impor gas pemerintah,” jelas Faris.
Kelima, menjalankan penugasan dari pemerintah untuk penyediaan gas dengan harga khusus sebesar USD 6 per MMBTU untuk Pelanggan Industri Tertentu (Kepmen ESDM 89K/2020) dan Pembangkit Listrik PLN (Kepmen ESDM 91K/2020). Faris mengungkapkan bahwa sebagian besar pelanggan industri telah menikmati harga tersebut.
“Semangat dari Kepmen ESDM itu, adanya harga gas yang lebih murah, maka sektor industri harus bisa tumbuh sebagai penggerak ekonomi nasional. Dalam beberapa waktu ke depan industri akan tumbuh sehingga ada peningkatan penyerapan gas. Hal itu akan baik bagi PGN maupun industri penerima manfaat,” ujarnya.
Berdasarkan perhitungan PGN, penyerapan gas periode bulan Juli - Desember 2020 bisa mencapai sekitar 240 BBTUD.
“Ini adalah optimisme analisa PGN, mudah-mudahan bisa terwujud, sehingga industri bisa bergerak dan tidak berdampak pada sektor tenaga kerja,” ungkap Faris.
Faris menegaskan, PGN sebagai keluarga besar BUMN dan bagian dari Holding Migas serta perannya sebagai sub-holding gas, mendukung program pemerintah dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional, khususnya melalui penerapan harga gas khusus untuk industri tertentu, Jargas dan pembangkit listrik.
Secara berkelanjutan, PGN akan menjalankan kegiatan operasional dan investasi agar dapat menciptakan multiplalyer effect perekonomian nasional. *PGN/HM