LAMPUNG - PT Pertamina (Persero) kembali menambah armada kapal tanker milik dengan diserahterimakannya Kapal Tanker Papandayan dari PT Daya Radar Utama (DRU), di Galangan Kapal milik PT DRU, Lampung pada Kamis (17/1/2019). Kapal ini merupakan kapal ketujuh dengan konsep ECOSHIP yang ramah lingkungan dari 68 kapal milik Pertamina.
Kapal yang memiliki ukuran panjang 150 meter, lebar 27.70 meter dan tinggi 12 meter ini mampu mengangkut muatan minyak mentah sebesar 17500 LTDW atau kurang lebih setara dengan 150.000 barrel.
Papandayan didesain ramah lingkungan karena dilengkapi dengan peralatan seperti Ballast Water Treatment System, Oil Discharge Monitoring Equipment dan Oil Water Separator, serta emisi gas buang mesin penggerak kapal yang sudah mengikuti persyaratan IMO Tier II.
“Ballast Water Treatment System digunakan untuk menghindari pertukaran organisme biota laut yang terbawa saat kapal melakukan proses ballast dan de-ballasting di setiap perairan laut. Dengan demikian dapat mencegah terjadinya mutasi genetik yang membahayakan biota laut sekitarnya,” jelas Kapten Kapal Tanker Papandayan, Sugandi kepada Direktur LSCI Pertamina Gandhi Sriwidodo saat meninjau ke atas kapal usai acara serah terima.
Untuk memisahkan air dan minyak sehingga cairan limbah yang ada di kapal tidak mencemari lingkungan ketika dibuang, kapal dilengkapi Oil Discharge Monitoring Equipment dan Oil Water Separator.
Selain itu, kapal tanker Papandayan dilapisi Cat Antifouling TBT Free, yaitu cat yang tidak mengandung racun agar tidak membunuh biota laut yang diaplikasikan pada cat bagian bawah kapal. Papandayan juga menerapkan system Vapour Emision Control System (Close Loop System) untuk menghindari pelepasan VOC (Volatile Organic Compound), zat organik yang berbahaya bagi kesehatan dan menyebabkan pemanasan global ke atmosfer dalam proses bongkar muat kapal.
Menurut Sugandi, kapal ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang dapat memaksimalkan kinerja kapal. Di antaranya, Bridge Navigation Watch Alarm System, yaitu sistem navigasi otomatis yang akan berbunyi (alarm) apabila crew kapal terdeteksi tidak melakukan sesuatu aktivitas dalam kurun waktu tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kapal di laut akibat human error.
Untuk pemantauan jarak jauh pada beberapa area penting di kapal, armada ini dipasang CCTV (Closed Circuit Television System). Alat pantau tersebut juga merupakan salah satu persyaratan ISPS code dan control bunker losses Pertamina.
“Sebagai tambahan dari peta kertas navigasi, kapal ini juga dilengkapi ECDIS, Electronic Chart Display and Information system, peta electronic untuk sistem navigasi,” jelas Sugandi.•PW