SURABAYA – Pertamina melalui unit operasi Marketing Operation Region V menggelar Major Emergency Drill Level 1 berupa simulasi penanganan kebakaran dan counter terrorism yang dilaksanakan di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Surabaya Group pada Kamis (12/9).
Simulasi diawali dengan adanya kecelakaan pada kereta pengangkut BBM (Rail Tank Wagon / RTW) di Stasiun Benteng, Surabaya yang membawa Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga terjadi kebocoran BBM pada salah satu gerbong tersebut. Tidak berhenti disana, keadaan diperparah ketika terjadi sabotase dengan adanya oknum tidak dikenal yang membuang puntung rokok pada BBM yang tercecer sehingga terjadi kebakaran hebat pada gerbong tersebut.
Sigap dan tanggap atas kejadian darurat, tim HSSE Pertamina segera meluncur ke lokasi kejadian dan memisahkan rombongan kereta yang terbakar agar kebakaran tidak meluas ke tempat lain. Berkoordinasi dengan Unit Damkar dari Pemerintah Kota dan TNI AL, Pertamina dengan personil terlatihnya melakukan pemadaman api yang muncul di kereta BBM tersebut serta melakukan pengamanan lokasi agar pihak yang tidak berkepentingan tidak mendekati lokasi kejadian.
Dalam menangani korban luka, Pertamina juga berkoordinasi dengan Rumah Sakit PHC Surabaya menggunakan ambulance untuk diberikan tindakan penyelamatan dan perawatan intensif.
Unit Manager Communication & CSR MOR V Jatimbalinus, Rustam Aji menyatakan bahwa tujuan dilakukan simulasi penanganan keadaan darurat tersebut adalah untuk melatih pemahaman tugas dan tanggung jawab setiap fungsi terhadap kondisi emergency. “Simulasi ini juga sebagai sarana upskilling dan terus melatih kewaspadaan seluruh pekerja Pertamina, serta Tim Penanggulangan Keadaan Darurat dan HSSE dari Pertamina”.
Tidak hanya kondisi emergency kebakaran, Pertamina juga melakukan emergency drill serangan terorisme yang menyerang Terminal BBM Surabaya Group pada waktu yang bersamaan. Dalam kondisi ini, semua pihak dilatih bagaimana caranya untuk tetap tenang walau dalam kondisi yang mengancam.
Bekerjasama dengan TNI dan POLRI, Pertamina melakukan koordinasi dan negosiasi secara intensif agar serangan terorisme dapat ditangani dengan baik dan meminimalisir korban yang jatuh.
“Pada akhirnya, aspek HSSE selalu menjadi dasar dari seluruh insan Pertamina dalam menjalankan area operasi bisnisnya. Karena industry migas juga adalah industry yang penuh dengan resiko tinggi, baik itu resiko investasi maupun resiko operasional”, tutup Rustam.*MOR V