Direktur Utama Pelita Air Service, Dendy Kurniawan berjabat tangan dengan Sekretaris Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Sahid Junaidi usai melakukan Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Ditjen EBTKE Kementerian ESDM dan PT Pelita Air Service tentang Penerapan Konservasi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan pada Bandar Udara Pondok Cabe. Penandatanganan disaksikan oleh Corporate Finance Pertamina, Bagus Agung Rahadiansyah, di Kantor Pelita Air Service, Jakarta, Selasa (5/11/2024).

Pertamina Siap Jadikan Bandara Pondok Cabe Eco-Friendly Airport

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) siap menjadikan Bandar Udara Pondok Cabe yang dikelola oleh anak usaha Pelita Air menjadi Eco-Friendly Airport. Hal ini ditandai dengan Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan PT Pelita Air Service mengenai penerapan konservasi energi dan pemanfaatan energi terbarukan pada Bandar Udara Pondok Cabe.

Penandatanganan ini menjadi awal dari rencana pengembangan Bandara Pondok Cabe menjadi bandara berkonsep ramah lingkungan. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PT Pelita Air Service Dendy Kurniawan dan Sekretaris Direktorat Jenderal EBTKE Sahid Junaidi. Disaksikan oleh Senior Vice President Corporate Finance PT Pertamina (Persero) Bagus Agung Rahadiansyah, Vice President Investor Relations PT Pertamina (Persero) Juferson Victor Mangempis, Direktur Konservasi Energi EBTKE Dr. Ir. Hendra Iswahyudi, M.Si., Direktur Niaga PT Pelita Air Service Asa Perkasa, dan GIZ Project Coordinator of Sustainable Energy Transition in Indonesia Johannes Anhorn di Kantor Pusat PT Pelita Air Service, Jakarta pada Selasa 5 November 2024.

SVP Corporate Finance Bagus Agung Rahadiansyah mengungkap Pelita menujukan inisiatif melakukan transformasi bisnisnya baik di darat maupun udara. Bagaimana Pelita mengelola airport di Pondok Cabe dengan wawasan keberlanjutan dengan melakukan konservasi energi, electric city dengan power generation dengan energi terbarukan.

“Inisiatif yang luar biasa. Pertamina masih berkutat di fosil tapi apa yang kami lakukan secara grup termasuk Pelita adalah afirmatif action kami. Bagaimana kami ingin berkontribusi terhadap komitmen pemerintah Indonesia utnuk net zero emission kedepan. Hal ini memang tidak mudah, semoga MOU ini menjadikan langkah Pertamina kedepan semakin ringan untuk mendukung net zero emission 2060 bahkan saya yakin lebih cepat. Kita harap ini menjadi langkah baik bagi Pertamina Group, Bangsa dan Negara,” ujarnya.

Bagus menambahkan dirinya menaruh harapan besar bagi kerja sama yang terjalin antara PT Pelita Air Service dengan Direktorat Jenderal EBTKE melalui GIZ. Dirinya berharap agar proyek ini dapat menjadi percontohan dan rujukan bagi pengembangan bandara-bandara lainnya.

“Dengan dukungan teknis dan pengalaman dari GIZ serta komitmen penuh dari PT Pelita Air Service, kami optimis bahwa Bandara Pondok Cabe dapat menjadi role model untuk implementasi teknologi hijau di bandara-bandara Indonesia,” tambah Bagus Agung Rahadiansyah.

Direktur Utama PT Pelita Air Service Dendy Kurniawan mengatakan implementasi konsep pembangunan berkelanjutan pada Bandara Pondok Cabe merupakan inisiatif yang dijalankan perusahaan untuk menguatkan perannya dan ambil bagian dalam mewujudkan industri penerbangan yang lebih ramah lingkungan.

“Langkah nyata yang dilakukan oleh PT Pelita Air Service merupakan bentuk kontribusinya dalam mendukung PT Pertamina (Persero) mencapai target Net Zero Emission tahun 2060. Proyek kolaboratif ini merupakan peluang luar biasa untuk mengembangkan Bandara Pondok Cabe sebagai salah satu bandara ramah lingkungan di Indonesia. Hal ini bukan hanya inisiatif jangka pendek saja tetapi merupakan landasan penting dalam membawa perusahaan mewujudkan keberlanjutan di industri aviasi tanah air,” ujar Dendy Kurniawan.

Sekretaris Direktorat Jenderal EBTKE Sahid Junaidi mengungkapkan harapannya agar penerapan konservasi energi dan pemanfaatan energi terbarukan secara berkelanjutan pada Bandara Pondok Cabe dapat membuka potensi kerja sama serta memperoleh manfaat secara optimal untuk mewujudkan upaya penanggulangan dampak perubahan iklim dan mitigasi efek gas rumah kaca.

“Kesepakatan ini mencakup berbagai inisiatif, meliputi pelaksanaan studi-studi teknis dan pertukaran informasi terkait konservasi energi di Bandara Pondok Cabe, Penerapan manajemen energi untuk efisiensi pemakaian energi yang berkelanjutan di Bandara Pondok Cabe, Pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk mendukung transformasi Bandara Pondok Cabe menjadi bandara hijau atau eco-airport, serta kerja sama lebih lanjut di masa depan yang akan disepakati antara Direktorat Jenderal EBTKE dan Pelita Air,” ungkap Sahid Junaidi.

Sebagai pelaksana dari proyek ini, GIZ melalui program Sustainable Energy Transition in Indonesia (SETI), bertujuan untuk mendukung pembangunan ekosistem energi bersih yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia. Melalui kerja sama ini, Pelita Air dan Direktorat Jenderal EBTKE berkomitmen untuk dapat mencapai efisiensi energi yang signifikan serta pemanfaatan energi terbarukan di lingkungan bandara. Harapannya, upaya ini dapat mempercepat transisi menuju bandara dengan jejak karbon rendah yang mendukung kelestarian lingkungan.

Johannes Anhorn, Project Coordinator untuk SETI, menyampaikan bahwa inisiatif ini sejalan dengan upaya global untuk mengatasi perubahan iklim. “Kami senang dapat berkolaborasi dengan EBTKE dan Pelita Air dalam inisiatif penting ini. Kami berkomitmen untuk mendukung studi teknis, pengembangan kapasitas, dan fasilitasi teknologi yang diperlukan guna membantu menjadikan Bandara Pondok Cabe sebagai percontohan penerapan efisiensi energi dan pemanfaatan energi terbarukan di sektor penerbangan Indonesia. Kemitraan ini adalah langkah penting dalam perjalanan kita bersama menuju transisi energi, dan kami berharap dapat belajar dan berkembang bersama melalui upaya ini,” tutup Johannes. *IDK/TA

Share this post