JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral optimistis angka bauran energi nasional mencapai 23 persen pada 2025. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengejar target ini dengan meningkatkan jumlah inovator dan entrepreneur di bidang energi baru terbarukan (EBT).
Mendukung hal tersebut, kampus energi dan bisnis Universitas Pertamina (UP) terus mendorong inovasi EBT. Salah satunya melalui kerja sama penelitian dengan Innovation and New Venture (INV) PT Pertamina (Persero) terkait metode LFPS untuk mendeteksi keberadaan fluida pada reservoir geothermal. Kerja sama riset ini melibatkan beberapa dosen UP yakni Sandy Kurniawan, Agus Abdullah, dan Dicky Ahmad Zaky, serta beberapa mahasiswa UP dari program studi Teknik Geofisika.
Erwin Fernanda, mahasiswa yang terlibat dalam proyek tersebut mengatakan bahwa penelitian ini membantunya memahami pembelajaran yang didapatkan di kelas, khususnya dalam bidang seismologi. "Saya berterima kasih kepada universitas karena telah memberikan kesempatan untuk meningkatkan hard skill, sehingga ke depan saya yakin akan cepat beradaptasi dengan dunia kerja," imbuhnya.
Rektor UP Prof. I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja, Ph.D. dalam wawancara daring pada Selasa, 16 Maret 2021, menambahkan bahwa melalui kedekatan UP dengan industri energi, mahasiswa dibekali dengan pengalaman belajar di laboratorium yang lebih nyata, yakni lokasi proyek.
"Saat ini, Universitas Pertamina telah memiliki mata kuliah wajib Pengantar Teknologi dan Bisnis Energi. Praktiknya, bisa dilakukan di Center of Excellence bidang EBT," ujar Wirat melanjutkan.
Dalam pengembangan EBT, Wirat menambahkan, sejak tahun 2016 Universitas Pertamina telah memasang 100 unit panel surya yang menghasilkan 10 kilowatt per peak. Dan dua buah wind turbine yang menghasilkan 200 watt per peak. Kedua alat ini diletakkan di atap Gedung Griya Legita dan telah mengakomodir kebutuhan listrik di gedung.
Selain itu, dengan komposisi tenaga pendidik dari akademisi maupun praktisi yang berlatar belakang industri, Universitas Pertamina juga mendorong peningkatan penelitian terapan hasil kolaborasi dosen dan mahasiswa. Menurutnya, hal ini dilakukan agar mahasiswa lebih siap terjun ke dunia kerja nantinya.
"Pengembangan EBT pasti membuka peluang serapan tenaga kerja yang cukup besar. Oleh karenanya, kami akan mempersiapkan lulusan yang tidak hanya pandai secara keilmuan namun juga fasih dalam hal praktis,” ucap Wirat.
Bekerja sama dengan Pertamina Foundation sebagai badan penyelenggara, UP juga telah secara proaktif menggaungkan EBT. Salah satunya, melalui kompetisi Pertamina Sobat Bumi, menghasilkan tiga tim dengan proyek EBT yang memperoleh dana pengembangan proyek sebesar 500 juta rupiah.
Agus Mashud Asngari, President Director Pertamina Foundation mengatakan, kompetisi ini bertujuan menghimpun hasil riset dan praktik-praktik energi alternatif yang implementatif untuk penyediaan energi di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar.
“Dengan fokus pada pengembangan EBT, Pertamina Foundation dan UP sebagai bagian dari ekosistem Pertamina Grup akan turut serta memenuhi SDGs poin 4 yaitu Quality Education yang bertujuan untuk peningkatan kualitas pendidikan, dan SDGs poin 7 yaitu Affordable & Clean Energy,” tutur Agus. *UP/HM