YOGYAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Corporate University hari ini menyelenggarakan kegiatan Pertamina International Learning Conference yang diadakan pertama kalinya dan diharapkan dapat menjadi ajang berbagi pengetahuan dan pengalaman dari para pemangku kepenting dalam upaya mengatasi tantangan pengembangan Sumber Daya Manusia di lingkungan kerja.
Direktur SDM, IT, dan Umum Pertamina Dwi Wahyu Daryoto mengatakan sumber daya manusia (SDM) merupakan modal penting perusahaan dalam menghadapi berbagai tantangan kompetisi global maupun upaya mencapai visi perusahaan. Kondisi dunia yang tanpa batas dan kompetisi yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk membekali SDM-nya dengan kemampuan dan kompetensi lebih tinggi.
“Oleh karenanya kerjasama yang erat di antara para pemangku kepentingan sangat krusial untuk mengatasi tantangan di masa kini dan masa yang akan datang, khususnya di bidang pengelolaan SDM. Untuk itu, Pertamina berinisiatif memperkenalkan Pertamina International Learning Conference yang baru kali pertama dilaksanakan tahun ini dengan mengangkat tema ‘Leading from ASEAN: From Awareness to Actions’,” kata Dwi Wahyu Daryoto dalam gelaran PILC pertama di Yogyakarta hari ini (18/01).
Dengan PILC ini, dalam dua hari mendatang berbagai perusahaan unggul, pemerintah, dan sekolah-sekolah bisnis di Indonesia dan ASEAN akan saling berbagi, belajar, dan berdiskusi tentang bagaimana ASEAN dapat menyediakan kesempatan dan tantangan untuk pembelajaran dan pengembangan kapasitas SDM.
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri mengatakan untuk mengantisipasi kompetisi pascapenerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN, sangat penting untuk melengkapi para pekerja Indonesia dengan kemampuan dan kompetensi yang tepat. Pemerintah melalui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) akan mempercepat proses sertifikasi untuk sekitar 120.000 orang profesional pada tahun ini dengan melibatkan Lembaga Sertifikasi Profesi di seluruh Indonensia.
Dia juga mengatakan terdapat banyak tantangan untuk upaya ini, dan satu di antara yang paling menantang di Indonesia dan ASEAN adalah keengganan perusahaan untuk mendorong para pekerjanya agar meningkatkan kompetensi. Beberapa perusahaan masih melihat pengembangan pekerja sebagai cost dan mengkhawatirkan naiknya permintaan kompensasi dari pekerja pascapeningkatan kompetensi.
Namun, Hanif mengaku lega karena beberapa perusahaan telah mendukung upaya tersebut. Di antaranya, katanya, Pertamina yang telah memberikan contoh dengan meluncurkan Lembaga Sertifikasi Profesi Pertamina pada 2016, yang sekarang telah menerbitkan ratusan sertifikat kepada para profesional di sektor energi, khususnya pada aspek kelautan dan HSSE.
“Sektor-sektor usaha termasuk BUMN dan swasta memang sangat diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan kompetensi para para pekerja. Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan termasuk sektor bisnis, kelompok think thank dan masyarakat pada umumnya dapat bekerja sama untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Oleh karena itu, pelaksanaan PILC sangat esensial untuk menstimulasi kolaborasi di antara para pemangku kepentingan guna menemukan solusi terbaik dalam mengatasi tantangan pengembangan SDM di Indonesia,” tutup Hanif.