JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mempertahankan pertumbuhan positif kinerja operasi perusahaan selama kuartal I 2017 yang disokong oleh peningkatan produksi hulu migas sebesar 6% dan penjualan BBM sebesar 5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016.
Produksi minyak pada periode ini mencapai 337 ribu barel per hari atau naik 10% dibandingkan kuartal I 2016 sebesar 312 ribu barel per hari. Begitu pula produksi gas yang mencapai 2.010 mmscfd atau naik 2% dibandingkan kuartal I 2016 sebesar 1.975 mmscfd. Secara keseluruhan produksi migas Pertamina pada kuartal Pertama meningkat 6%.
Penjualan BBM naik 5% menjadi 15,85 juta KL, dengan tren positif pada konsumsi BBM non subsidi berupa perpindahan pereferensi konsumen dari Premium ke Pertalite dan Pertamax yang telah mengambil porsi penjualan sekitar 55,7% terhadap total penjualan gasoline series Pertamina. Pertumbuhan juga terjadi pada penjualan non BBM (domestic gas dan petrochemical) yang naik 6% menjadi 3,68 juta KL.
Total volume pengolahan turun sekitar 8% yang berdampak pada penurunan pada total output produksi dan juga valuable product dengan besaran yang sama dibandingkan dengan kuartal I 2016. Pertamina sepanjang tahun ini memang telah merencanakan beberapa program pemeliharaan kilang untuk menjamin keandalan kilang.
“Kondisi harga minyak mentah saat ini masih volatile, namun Pertamina relatif dapat menjaga tingkat pertumbuhan kinerja operasi di berbagai lini bisnis perusahaan. Volatilitas harga minyak mentah sangat berpengaruh pada kinerja finansial perusahaan yang telihat dari timpangnya kenaikan harga minyak mentah dibandingkan dengan kenaikan revenue dan kinerja finansial lainnya, ” kata Direktur Utama Pertamina Massa Manik.
Kecenderungan naiknya harga minyak dunia selama kuartal I 2017, yang juga ditandai dengan naiknya Indonesian Crude Price (ICP) menjadi US$51,03 atau naik sekitar 69% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, hanya meningkatkan revenue perseroan sekitar 19% menjadi US$10,15 miliar dari kuartal I 2016 sebesar US$ 8,55 miliar.
Hal itu juga berdampak pada (EBITDA) kuartal I 2017 yang mencapai US$1,89 miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar US$2,18 miliar. Laba bersih pun turun 24% menjadi US$0,76 miliar dibandingkan periode yang sama 2016 sebesar US$1,01 miliar.
Adapun, realisasi belanja modal sebesar US$1,1 miliar, lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$0,36 miliar. Peningkatan tersebut dipicu oleh realisasi pembiayaan investasi proyek 2016 yang dicairkan pada tiga bulan pertama 2017, yang didominasi oleh investasi hulu.
Pertamina tetap berkomitmen tinggi merealisasikan berbagai proyek kilang, baik Refinery Development Master Plan dan New Grass Root Refinery yang ditargetkan tuntas secara keseluruhan pada tahun 2025 dengan total kapasitas menjadi 2 juta barel per hari.