Jakarta, 19 September 2019 – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melanda sejumlah wilayah di Sumatera. PT Pertamina (Persero) pro aktif dalam menanggulangi bencana yang berakibat kabut asap tersebut.
VP Corporate Communication Fajriyah Usman mengatakan, sejumlah kegiatan dilakukan oleh Pertamina dalam upaya penanggulangan karhutla di Sumatera, salah satunya di Riau. Fajriyah memastikan titik api yang ada di sekitar wilayah operasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sudah terkendali dan fasilitas berjalan dengan normal.
"Sejak 11 September 2019 pihak PHE telah menugaskan 30 personel Tim Operasi Keadaan Darurat (OKD) PHE Kampar yang juga didukung 100 personel TNI untuk menangani Karhutla di sekitar wilayah operasi tersebut," kata Fajriyah, Selasa (17/9/2019).
Peralatan yang digunakan Tim OKD PHE Kampar yakni 2 unit mobil pemadam kebakaran dan 3 unit vacuum truck. Dikatakan Fajriyah, upaya ini juga untuk memastikan bahwa tidak ada titik api yang berada di dekat fasilitas operasi PHE Kampar.
"Hingga kini titik api di sekitar fasilitas operasi PHE Kampar telah dapat dikendalikan dan operasi produksi berjalan normal," kata Fajriyah.
Meski demikian pihak PHE Kampar masih terus memantau kondisi karhutla di sekitar wilayah sumur dan operasi PHE Kampar. Fajriyah juga menegaskan baik personel maupun peralatan yang digunakan untuk penanggulangan bencana ini dalam kondisi baik.
"Meski saat ini tidak ada titik api di dekat wilayah operasi PHE Kampar, tim kami tetap terus memantau potensi timbulnya titik api yang baru dan segera melakukan penindakan," katanya.
Tak hanya di Kampar, pihak Pertamina Refinery Unit (RU) II yang ada di Kota Dumai juga melakukan aksi sosial untuk penanggulangan bencana asap. Pertamina membagikan sejumlah masker kepada masyarakat, terutama kepada anak-anak.
Masker dibagikan kepada masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasi Pertamina RU II yakni di Kelurahan Tanjung Palas dan Jaya Mukti, Kota Dumai. Pembagian masker ini bekerja sama dengan pihak kelurahan dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Tanjung Palas.
"Pembagian masker ini difokuskan kepada anak-anak yang masih berkegiatan di luar ruangan. Tim juga memberikan penyuluhan dan edukasi mengenai bahaya terdampak asap dari karhutla. Apalagi kualitas udara di Kota Dumai pada Kamis (12/9) lalu sempat berada pada angka 288 atau masuk dalam kategori tidak sehat," kata Fajriyah.
Pertamina Dukung BNPB
PT Marketing Operation Region (MOR) I juga andil dalam upaya penanggulangan Karhutla di Sumatera. PT Pertamina MOR I mengoperasikan satu unit kendaraan refueller produk Avtur dengan kapasitas 16 Kilo Liter (KL) yang membantu mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Refueller tersebut dikirimkan ke Bandara Japura Rengat dari Bandara Sultan Syarif Khasim (SSK) II Pekanbaru. Kegiatan itu sudah beroperasi sejak Rabu (11/09) pekan lalu.
"Rata-rata konsumsi avtur untuk helikoper water bombing BNPB sebesar 4 ribu liter per hari. Kami juga mengirimkan tim refueling dan awak bridger, khusus untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar helikopter. Avtur dikirimkan dari Bandara SSK II," ujar Unit Manager Communication, Relations and CSR MOR I Roby Hervindo.
Pertamina MOR I Branch Riau juga membagikan 5.300 masker kepada konsumen yang dibagikan di 53 SPBU wilayah Riau. Adapun untuk masyarakat di sekitar Terminal BBM (TBBM) Sei Siak, dibagikan sebanyak 500 masker beserta makanan tambahan seperti vitamin dan susu.
Di sisi operasional distribusi BBM, Roby mengatakan kabut asap tidak menghambat penyaluran ke SPBU. Hingga September 2019, lebih dari 563 juta liter Premium telah disalurkan. Sementara konsumsi Pertamax Series mencapai 15,3 juta liter.
Untuk Solar bersubsidi, tercatat sebanyak 568 juta liter telah tersalurkan. Untuk Dex Series, total konsumsi sebanyak 4,8 juta liter.
"Kami terus mendorong agar konsumen menggunakan BBM berkualitas seperti Pertamax dan Dex. Karena bahan bakar ini lebih ramah lingkungan, mengurangi polusi asap," kata Roby.
Berdasarkan data BNPB pada Sabtu (14/9), Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) tertinggi di wilayah Pekanbaru mencapai 269, Dumai 170, Rohan Hilir 141, Siak 125, Bengkalis 121, dan Kampar 113. Kualitas udara yang diukur dengan ISPU memiliki kategori baik (0-50), sedang (51-100), tidak sehat (101-199), sangat tidak sehat (200-299), dan berbahaya (lebih dari 300). BNPB juga mencatat bahwa luas lahan yang terbakar mencapai 49.266 hektare. Terdiri dari 40.553 hektare lahan gambut dan 8.713 hektare lahan mineral.**