JAKARTA, PT Pertamina (Persero) menegaskan rencana pembangunan kilang bersama dengan investor, baik Kuwait Petroleum Corporation maupun Saudi Aramco Asia Company Limited akan dilaksanakan di atas lahan milik sendiri sehingga tidak memerlukan pembebasan lahan baru.
Penegasan tersebut disampaikan oleh Vice President Corporate Communication Pertamina Mochamad Harun menanggapi semakin maraknya praktik spekulasi lahan yang telah meresahkan dan mengganggu masyarakat. Menurut Harun, akibat ulah spekulan harga tanah di Tuban maupun Balongan menjadi tidak rasional karena kenaikannya berkali-lipat.
"Kami ingin menyampaikan pesan yang jelas kepada masyarakat dan juga para spekulan bahwa Pertamina tidak ada rencana melakukan pembebasan lahan untuk pembangunan kilang. Kami akan melaksanakan proyek pembangunan kilang di atas lahan yang saat ini pengelolaannya dilakukan oleh Pertamina sendiri," kata Harun.
Berdasarkan informasi, harga tanah yang dispekulasikan akan dijadikan lokasi pembangunan kilang naik dari semula Rp 65.000 per meter persegi menjadi Rp 3,6 juta per meter persegi. "Kami juga tegaskan bahwa pembangunan dua kilang baru tidak harus berada di Jawa Timur atau Jawa Barat seperti rencana sebelumnya dan yang pasti lahan yang digunakan adalah lahan milik Pertamina sendiri."
Pertamina sangat berkepentingan untuk merealisasikan rencana proyek dua kilang dengan masing-masing berkapasitas 300.000 barel per hari. Untuk rencana tersebut, Pertamina telah bekerjasama dengan Kuwait Petroleum Corporation dan Saudi Aramco Asia Company Limited.
Untuk pembangunan kedua kilang tersebut kini masih dalam proses pembahasan insentif fiskal dan non fiskal bersama pemerintah.
"Pembangunan kedua kilang tersebut dalam rangka meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan Indonesia akan impor BBM sehingga kami berkomitmen untuk merealisasikannya."
Saat ini, kapasitas produksi BBM dari kilang yang dioperasikan Pertamina mencapai 40,6 juta KL per tahun dengan tingkat konsumsi pada 2012 diperkirakan mencapai 57,1 juta KL. Pada 2018, permintaan BBM naskional diproyeksikan akan mencapai 72,2 juta KL sehingga diperlukan penambahan kilang-kilang baru untuk menghindarkan Indonesia dari ketergantungan yang tinggi terhadap impor BBM.
"Kami telah menyusun roadmap pembangunan kilang baru dan juga revamping terhadap kilang-kilang yang sudah ada. Diharapkan, pada 2018 tingkat produksi BBM dari kilang-kilang Pertamina dan mitra akan meningkat menjadi 66,7 juta KL sehingga impor dapat ditekan," ungkapnya.