JAKARTA - PT Pertamina (Persero) siap menjadi lead untuk pembangunan kilang-kilang baru yang direncanakan pemerintah dengan menggandeng mitra swasta.
Direktur Pengolahan Pertamina Rahmad Hardadi mengungkapkan pemerintah telah menunjuk Pertamina sebagai lead untuk proyek-proyek kilang yang akan dibangun pemerintah. Kilang-kilang tersebut akan dibangun dengan skema public private partnership (PPP).
Rahmad mengatakan Indonesia akan alami defisit BBM yang sangat tinggi apabila tidak ada penambahan kapasitas pengolahan minyak di dalam negeri. Menurut dia, selain penambahan kapasitas melalui program Refining Development Master Plan (RDMP), Indonesia memerlukan 2-3 kilang baru untuk dapat memenuhi kebutuhan BBM dalam 10 tahun ke depan.
"Dalam 10 tahun ke depan kami memproyeksikan permintaan Premium menembus 77 juta KL, sedangkan Solar 54 juta KL. Pertamina akan berupaya menutup gap permintaan dan kapasitas produksi yang ada sekarang melalui beberapa program, seperti RDMP, RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) dan PLBC (Proyek Langit Biru Cilacap). Akan tetapi, program-program itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan 10 tahun mendatang sehingga harus ada pembangunan kilang baru 2-3 kilang. Pertamina sudah diminta pemerintah menjadi lead untuk proyek grassroot refinery," kata Rahmad.
Rahmad mengatakan untuk proyek GRR diprioritaskan untuk lokasi-lokasi yang sudah tersedia lahan dan infrastruktur pendukung sehingga mempercepat pengerjaan proyek sekaligus menghemat investasi. Dia mencontohkan Bontang yang sudah siap untuk menjadi lokasi proyek.
"Di Bontang sudah ada lahannya, infrastruktur pendukung juga sudah siap. Jadi, tidak perlu dari nol sehingga proyek lebih cepat dan investasinya juga relatif lebih rendah. Kalau kilang di bangun di Bontang, mungkin kebutuhan dana investasinya sekitar US$10 miliar dan proyek dapat selesai dalam jangka waktu 3 tahun," katanya.
Sementara itu, Rahmad mengungkapkan sebagai bagian langkah Pertamina untuk menambah kapasitas pada 2011 Pertamina memulai proyek Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) di komplek kilang Cilacap. Proyek yang dilaksanakan konsorsium PT Adhi Karya (Persero) Tbk. dan Goldstar Co. Ltd. Korea Selatan tersebut dijadwalkan akan mulai start up pada Maret 2015 dan full operation pada Juni sehingga pada Agustus RFCC sudah bisa diserahterimakan operasinya kepada Pertamina.
"RFCC ini akan memberikan tambahan produk gasoline sekitar 2 juta KL per tahun. Hal ini merupakan langkah nyata Pertamina untuk mengurangi ketergantungan akan impor," tutur Rahmad.