JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mulai merealisasikan penetrasi pasar produk liquefied gas for vehicle yang dikenal dengan merek Vi-Gas ke pasar Jawa bagian Tengah menyusul diresmikannya dua SPB Vi-Gas di Semarang dan Yogyakarta hari ini.
Peresmian kedua SPB Vi-Gas yang dipusatkan di Semarang tersebut dilakukan langsung oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto pada Kamis (08/01). Dengan diresmikannya kedua SPB Vi-Gas yang masing-masing berlokasi di Jl. Sultan Agung, Semarang dan Jl. Laksda Adisucipto, Yogyakarta tersebut, kini Pertamina telah efektif mengoperasikan sebanyak 18 SPB Vi-Gas, di mana 12 unit beroperasi di DKI Jakarta, 3 unit di Bali, dan 1 unit di Bandung, Jawa Barat.
“Dengan dibangunnya SPB Vi-Gas di Semarang dan Yogyakarta ini akan membuka pintu pasar Vi-Gas bagi Pertamina di Jawa bagian Tengah sekaligus mendukung program konversi BBM ke bahan bakar gas di sektor transportasi yang digalakkan oleh pemerintah. Konsumsi Solar dan Premium di Jawa Tengah dan Yogyakarta kini mencapai sekitar 5,8 juta KL sehingga ini menjadi titik potensial bagi upaya pemasyarakatan dan pemasaran Vi-Gas di wilayah ini,” terang Dwi.
SPB Vi-Gas di Semarang dan Yogyakarta masing-masing memiliki kapasitas penyimpanan sebanyak 6 MT atau setara dengan 11.800 liter setara Premium. Jika digunakan untuk pengisian Vi-Gas angkutan umum, maka dengan kapasitas tersebut mampu mengisi sekitar 500 unit kendaraan per hari.
Pertamina, tuturnya, akan terus fokus mengembangkan bisnis gas, termasuk Vi-Gas di dalamnya dengan melakukan pembangunan infrastruktur dan outlet lebih banyak agar memudahkan masyarakat menjangkau bahan bakar yang ramah lingkungan tersebut. Bahkan, tuturnya, saat ini Pertamina juga tengah menyelesaikan pembangunan SPB Vi-Gas serupa yang berlokasi di Solo, Jawa Tengah, dan Surabaya, Jawa Timur.
“Setelah ini kami akan bergerak ke Solo dan Surabaya yang juga memiliki potensi penggunaan bahan bakar gas di sektor transportasi. SPB Vi-Gas di kedua kota tersebut kami targetkan beroperasi pada awal tahun ini juga. Kami akan optimalkan jaringan SPBU Pertamina yang tersebar luas di seluruh Indonesia dan serta dukungan finansial yang kuat untuk mendukung kebijakan konversi BBM ke bahan bakar gas secara cepat, tepat, dan masif,” kata Dwi Soetjipto.
Dwi menegaskan Pertamina sangat serius dan fokus untuk terus memacu penggunaan bahan bakar gas, baik dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas) yang kini dalam masa pilot project, CNG (Compressed Natural Gas) dengan merek Envogas, maupun LGV (Liquefied Gas for Vehicle) dengan merek Vi-Gas sebagai upaya untuk mengurangi konsumsi BBM. Saat ini, katanya, konsumsi Vi-Gas dan Envogas baru mencapai sekitar 0,1% dari konsumsi BBM bersubsidi.
Dalam 5 tahun mendatang diharapkan tingkat konsumsi Vi-Gas dan Envogas akan meningkat menjadi sekitar 2,5 juta KL setara Premium. Optimisme tersebut didukung oleh program investasi perusahaan untuk pembangunan unit-unit penjualan Vi-Gas dan Envogas di SPBU secara terintegrasi, yang ditargetkan sebanyak 150 unit per tahun.
Khusus untuk Vi-Gas, tutur Dwi, pertumbuhan konsumsinya telah meningkat rata-rata sekitar 40% per tahun dari semula 189 KL pada 2008 menjadi 913 KL pada 2013. Melihat tren tersebut dan didukung dengan ketersediaan pasokan, perkembangan teknologi, desain converter kit LGV yang lebih praktis, dan perkembangan desain mobil ‘dual fuel BBM-LGV’ dunia, dia meyakini masyarakat akan lebih menerima Vi-Gas sebagai alternatif BBM di masa mendatang.
Penggunaan LGV kini menempati urutan ketiga bahan bakar transportasi yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah gasoline dan diesel. Di seluruh dunia, LGV, digunakan oleh lebih dari 23 juta kendaraan dan tersedia di lebih dari 67 ribu stasiun pengisian.
Vi-Gas dengan tekanan 8-12 bar di dalam tangki sangat tepat dan aman untuk digunakan sebagai alternatif bahan bakar. Bahkan, di banyak negara maju di Eropa dan Asia, porsi penggunaan LGV atau Vi-Gas lebih besar dari penggunaan BBM.
LGV dengan merek Vi-Gas merupakan bahan bakar gas yang diformulasikan untuk kendaraan bermotor yang terdiri dari campuran Propane (C3) dan Butane (C4) dengan spesifikasi yang telah disesuaikan untuk keperluan mesin kendaraan bermotor sesuai dengan SK Dirjen Migas No. 2527.K/24/DJM/2007. Dengan RON > 98, Vi-Gas memiliki berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan BBM, yaitu ramah lingkungan, pembakaran yang sempurna, bebas sulfur dan timbal, memperpanjang siklus penggantian pelumas, memperpanjang umur mesin, suara mesin halus dan bebas knocking.
Vi-Gas juga memiliki keunggulan lain, seperti efisien dalam hal biaya pembangunan dan pengoperasian stasiun pengisian, serta converter kit sehingga dengan berbagai keunggulan tersebut LGV menjadi pilihan banyak konsumen otomotif dunia.