Garut - Elang Jawa, merupakan satwa endemik yang makin jarang dijumpai. Menipisnya kawasan hutan di Pulau Jawa, membuat burung yang biasa hidup di hutan primer dan kawasan perbukitan berhutan ini nyaris punah. Jika tidak dilestarikan, bisa jadi elang jawa hanya bisa dilihat dalam cerita bergambar, bagi generasi mendatang.
Elang Jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di dataran rendah maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia. Pusat Konservasi Elang Kamojang, menjadi salah satu tempat dimana kita bisa melihat dari dekat berbagai jenis elang.
Diantaranya Elang Jawa, dengan ciri khas kepala berwarna coklat kemerahan dan berjambul. Ada juga elang brontok. Sesuai dengan namanya, elang ini memiliki warna bulu bercak-bercak di dasar bulu yang didominasi warna terang.
Pusat Konservasi Elang Kamojang yang berstandar IUCN (International Union for Conservation of Nature), dibangun melalui program CSR lingkungan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang bersinergi dengan BBKSDA Jawa Barat, & Forum Raptor Indonesia.
Program ini dilatabelakangi oleh kekhawatiran musnahnya habitat Elang Jawa. Saat ini populasinya hanya berkisar 108 – 542 ekor, akibat perburuan dan perdagangan satwa. Data per tahun mencatat perdagangan illegal Elang Jawa mencapai 30 – 40 ekor.
Corporate Secretary PGE, Tafif Azimudin menyatakan didirikannya Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) bertujuan menjamin kelestarian satwa yang nyaris punah. PGE, telah memanfaatkan investasi sekitar Rp 5 Milyar sejak tahun 2014.
Investasi untuk keberlanjutan keragaman hayati tersebut meliputi peningkatan infrastruktur Pusat Konservasi Elang Kamojang, seperti : Pusat Informasi, Pondok Kerja, Pos Jaga, Kandang Karantina, Kandang Observasi, Kandang Rehabilitasi, Kandang Pelatihan Terbang, dan Kandang Display Edukasi.
Sejak berdiri tahun 2015, pusat konservasi ini telah menjadi sarana edukasi keragaman hayati, dengan lebih dari 10 ribu kunjungan, baik untuk riset maupun kunjungan sekolah.
Sebagai tujuan wisata edukatif, di tempat ini pengunjung bisa melihat elang di kandang rehabilitasi sementara, mengetahui seluk beluk elang, serta menikmati suasana alam sekitarnya.
Pusat Konservasi Elang Kamojang hingga Oktober ini, telah menampung 119 ekor elang, 25 ekor diantaranya merupakan penyerahan dari warga, dan sudah dilepasliarkan sebanyak 20 ekor.
Tafif menambahkan, keberadaan Pusat Konservasi Elang Kamojang di PGE Area Kamojang, tidak hanya mendorong keberlanjutan habitat elang, tetapi juga memiliki efek berganda bagi masyarakat setempat. “Kehadiran PKEK telah memberdayakan masyarakat dalam penyediaan pakan ternak, dimana saat ini terdapat 50 peternak dengan omset mencapai Rp 84 Juta per tahun,”jelasnya.
Dan tak kalah pentingnya PKEK telah melahirkan kesadaran masyarakat untuk tidak lagi berburu elang, dan secara sukarela menyerahkan elang tangkapan untuk dikonservasi dan dilepasliarkan.
Kembalinya elang di alam bebas tersebut, juga mendorong masyarakat setempat melakukan perbaikan habitat dengan melakukan reboisasi pohon endemik yang kini telah mencapai 20 ribu batang.